Minggu, 13 Maret 2011

Mengelolah SAMPAH

Proses daur ulang sampah adalah penjaga kelestarian alam. Sebenarnya sampah bukanlah limbah, melainkan sumber daya bahan baku untuk proses daur ulang yang menghasilkan humus atau kompos, pupuk ciptaan alam pelindung / pembangun kesuburan tanah.
Terus berputarnya siklus daur ulang alam yang merupakan kunci keselamatan bumi, sebenarnya menjadi tanggung jawab manusia di lingkungannya masing-masing. Sehingga sampah menjadi tanggung jawab kita semua untuk mendaur ulangnya menjadi kompos demi keselamatan bumi.
Para ahli pertanian yakin bahwa kunci dari tanaman yang sehat adalah tanah yang sehat pula. Tanah yang sehat adalah tanah yang kondisi fisik, kimia dan biologinya baik, tanpa faktor penghambat yang berarti. Kondisi biologis yang baik berarti mempunyai populasi organisme tanah optimal dalam ekosistem biologis yang sehat seimbang, yang dijamin oleh kadar bahan organik tanah optimal + 5%.
Mungkin kita akan berfikir 2 x untuk mengkonsumsi barang-barang yang tidak bersahabat dengan lingkungan, setelah kita mengetahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan sampah adalah sebagi berikut :
Jenis Sampah Lama Hancur
Kertas 2-5 bulan
Kulit Jeruk 6 bulan
Doos Karton 5 bulan
Filter Rokok 10-12 tahun
Kantong Plastik 10-20 tahun
Kulit Sepatu 25-40 tahun
Pakaian/Nylon 30-40 tahun
Plastik 50-80 tahun
Alumunium 80-100 tahun
Styrofoam tidak hancur
Dengan melihat tabel diatas maka tidak ada salahnya kalau kita mulai dari rumah kita masing-masing untuk mengurangi sampah yang tidak dapat dipergunakan semaksimal mungkin. Salah satu caranya adalah dengan mendaur ulang sampah yang dapat dimanfaatkan.
Secara garis besarnya, sampah dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
I. Sampah An Organik Sampah tidak mudah hancur / lapuk bukan berupa cairan & gas dan sering disebut sebagai sampah kering. Sampah an organik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Barang lapuk. Barang yang dapat di daur ulang kembali dalam keadaan bersih dan tidak rusak, mempunyai nilai ekonomis tinggi. Contoh : Logam, besi, kaleng, plastik, karet, dll.
b. Bukan barang lapuk Sampah an organik yang betul-betul rusak dan tdk dapat diperjualbelikan sehingga tidak memiliki nilai ekonomis.
II. Sampah Organik Sampah yang mudah lapuk / hancur, bukan berbentuk cairan / gas dan sering disebut sampah basah. Sampah organik terdiri dari 3 bagian :
a. Sampah organik segar, seperti : sampah dapur, kebun, pasar dan restoran.
b. Sampah organik oleh seperti : kertas, kardus, dll.
c. Sampah organik pilihan untuk daur ulang menjadi kompos dipilih sampah organik yang segar dan lunak tidak termasuk yang keras dan berbentuk basah seperti sisa sayuran, rempah-rempah & sisa buah.
III. Sampah Berbahaya Sampah yang harus ditangani secara khusus untuk menetralisir akibat pencemaran. Sampah ini harus dipisahkan dari yang lainnya sehingga proses daur ulang lebih cepat dan menghasilkan produk yang bebas dari bahan berbahaya. Contoh: pecahan kaca & gelas, sisa bahan kimia, baterai, botol obat nyamuk & paku.
Daur ulang adalah penggunaan kembali material / barang yang sudah tidak digunakan untuk menjadi produk lain. Selain berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Daur ulang bermanfaat memenuhi kebutuhan akan bahan baku suatu produk. Dan dari segi penggunaan bahan bakar adanya daur ulang dapat menghemat energi yang harus dikeluarkan suatu pabrik.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk daur ulang :
  1. Pemisahan. Pisahkan barang-barang / material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang ke pembuangan sampah. Pastikan material tersebut kosong dan akan lebih baik jika dalam keadaan bersih.
  2. Penyimpanan. Simpan barang / material kering yang sudah dipisahkan tadi ke dalam boks / kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas bekas, botol bekas, dll. Jika akan membuat kompos, tumpuk sampah rumah tangga pada lokasi pembuatan kompos.
  3. Pengiriman / Penjualan Barang yang terkumpul dijual ke pabrik yang membutuhkan material bekas tersebut sebagai bahan baku dijual ke pemulung.
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Limbah B3 banyak terdapat disekitar kita misalnya obat nyamuk/ pestisida, oli bekas, sisa tinta, batu baterai, dll. Jika limbah ini dibuang dalam TPA yang tidak dilengkapi persyaratan khusus maka racun yang ada dalam limbah tersebut dapat meresap ke tanah dan mencemari air tanah maupun tanaman yang akan dikonsumsi manusia. Oleh sebab itu, pisahkan limbah B3 dari sampah lain.
Bagaimana meminimalkan timbunan sampah? Menggunakan barang seefisien dan semaksimal mungkin. Contohnya : Penggunaan plastik pembungkus selama dapat digunakan kembali. Pergunakan botol lama tanpa harus membeli baru. Memperbaiki perabot lama dengan cara memberi design baru dengan upaya pemakaian kembali. Sadar dan cinta akan lingkungan dan memahami berbagai permasalahan dan cara mengatasinya sangat penting.
Pembuatan Kompos Rumah Tangga
Prinsip pengomposan Sampah rumah tangga mengandung bahan organik + 75%. Proses pengomposan menyesuaikan diri dengan tersedianya bahan baku, yang tidak sekaligus terkumpul dalam jumlah besar, melainkan sedikit demi sedikit setiap hari. Kondisi ini seperti terjadi di alam di lantai hutan, dimana sisa-sisa organik jatuh keatas tanah selapis demi selapis sampai menjadi tebal.
Proses perombakan-fermentasi organisme tanah terjadi dari bawah merambat ke atas mengejar bahan baku yang baru jatuh, diikuti terbentuknya humus dari bawah ke atas pula. Kecepatan pengomposan sangat tergantung a.1. pada komposisi bahan baku, perbandingan kadar C (bahan berserat tinggi) dengan kadar N (jenis kacangan, pupuk kandang, dsb.). Untuk bahan baku kompos yang optimal perbandingan C/N = + 30, hasil akhir humus atau kompos yang matang C/N = 12-15
Cara dan Alat Membuat kompos yang sebenarnya mudah dan sederhana, tetapi karena lokasinya di pekarangan rumah harus bebas dari polusi bau, lalat, binatang berbahaya dan bebas dari gangguan ayam, anjing, kucing, dsb. Apalagi sisa-sisa organik tidak terkumpul sekaligus tetapi berangsur setiap hari dari buangan dapur dan kotoran pekarangan.
Untuk pembuatan kompos di pekarangan rumah, dibutuhkan dua macam wadah : 1. Wadah besar, penampung bahan baku dan tempat terjadinya proses pengomposan, yang disebut "Komposter" dan ditaruh di pekarangan di tempat teduh. 2. Wadah kecil berupa ember plastik kecil bertutup, tempat penampungan sementara sisa organik dapur.
Alat Komposter paling praktis dan aman adalah alat yang direkomendasikan STU Campbell (buku "let It Rot", Storey Books, Vermont 1998) untuk dipakai di pekarangan rumah. Komposter ini dibuat dari drum bekas 200 liter, dinding atas dibuang, dan dinding dasar pada tengahnya dilobangi untuk dapat dimasuki pipa PVC 3-4 inci, yang juga berfungsi drainase.
Pada pipa PVC berjarak 5 cm dibuat lobang (bor) sepanjang empat sisinya. Drum dipasang berdiri, diberi ganjal 2-3 lapis batu bata. Pipa PVC dimasukkan ke lobang dasar, sampai ujung bawah menyentuh tanah dan ujung atas menonjol keatas drum + 10 cm, menembus tengah-tengah tutup tambahan (bisa dibuat dari tripleks). Ember Kecil Ember plastik 5 l - 10 l yang ada tutupnya, disediakan khusus untuk penampungan sementara (1-2 hari) sisa organik dapur dan selalu ditaruh di dapur dalam keadaan tertutup.
Cara Kerja Komposter (drum) ditaruh di pekarangan di tempat teduh. Sebaiknya dibuatkan tutup atas dari tripleks yang tengahnya berlobang tempat munculnya pipa PVC. Setiap kali pembersihan halaman, kotoran berupa rontokan daun, potongan pagar rumput, dll dimasukkan ke dalam komposter, diratakan, sedikit dipadatkan dan diatasnya ditaburi selapis kotoran ternak lama, kompos baru atau setengah matang, tanah subur hitam, dsb. sebagai starter
penambah N dan organisme tanah. Kalau terlalu kering diberi air agar lembab dan ditutup untuk mencegah dari hujan berlebihan, terik matahari dan pencemaran lalat. Untuk memudahkan didekat komposter disediakan wadah berisi starter (kotoran ternak, dll) yang selalu ditutup. Setiap satu atau dua hari sekali, kotoran dapur dalam ember kecil yang sudah penuh, juga dimasukkan, diratakan dan dilapisi starter.
Demikian pengisian dilakukan setiap kali terkumpul sisa organik atau kotoran dapur baru, sampai komposter penuh, yang memakan waktu 1 bulan - 2 bulan untuk keluarga sedang. Setelah penuh, ditutup dan dibiarkan tidak dibalik-balik selama + 1 bulan yang diperkirakan pengomposan sudah selesai menjadi matang berupa kompos berwarna hitam, remah dan berbau segar. Komposter dikosongkan, isinya diangin-anginkan, langsung dapat dipergunakan sendiri atau disaring (saringan kawat kasa) dibungkus dan dijual.
Proses pengomposan terjadi sejak awal bahan organik dimasukkan, dan merambat keatas mengikuti bahan organik baru. Disini akan terjadi proses fermentasi panas oleh bakteri termofilik, karena suhu dapat meningkat didalam komposter tertutup, yang juga berguna membunuh bibit hama- penyakit dan gulma. Komposter I yang sudah penuh dan sedang dalam proses pemasakkan, digantikan komposter II yang sudah disiapkan dan nanti setelah komposter I selesai dokosongkan, disiapkan untuk menggantikan komposter II bila sudah penuh, dst.
Sisa organik dapur terdiri dari potongan / kulit sayuran, kulit buah lunak, daun pembungkus, kertas, sisa lauk-pauk, dipisahkan dari sisa / sampah non organik. Sisa dapur tersebut dimasukkan kedalam ember kecil dan yang non organik ditampung dalam wadah lain untuk dibuang di bak sampah.
Setiap kali memasukkan sisa organik dapur yang mudah busuk (sisa lauk-pauk), diatasnya langsung ditaburi selapis serbuk gergaji halus rapat-rapat. Maka di dapur selalu disediakan serbuk gergaji halus dalam wadah khusus. Ember kecil harus selalu ditutup rapat dan biasanya dalam 1-2 hari sudah penuh, lalu langsung dibawa ke kebun dimasukkan ke dalam komposter, dan ditaburi selapis starter diatasnya. Agar ember plastik tidak kotor, sebaiknya dilapisi kantong plastik sehingga sisa organik dapur yang mudah busuk dapat ditampung dengan aman dan rapat.
Apabila dapat terwujud setiap rumah tangga mau dan mampu mendaur ulang sampah organik pekarangan, dan dapurnya menjadi kompos, maka sampah rumah tangga yang dibuang tinggal sedikit dan tidak menimbulkan polusi lingkungan. Sampah yang dibuang tinggal berupa limbah non-organik seperti barang-barang bekas plastik, kaleng, besi, dll dan sedikit limbah organik keras seperti barang-barang bekas dari kayu, bambu, kardus, kulit buah keras dan kebanyakan barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan lewat para pemulung.
Dengan cara ini hampir semua bahan organik dapat didaur ulang sehingga masalah sampah kota dapat diatasi secara sehat dan mendukung keselamatan bumi. Tinggal satu hal, dimana manusia belum berhasil menyambung siklus daur ulang yang terputus, yaitu masalah kotoran (taeces) dan urine manusia karena masih terbentur pada masalah budaya.

Diambil Dari  : Sebuah Blog

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More